Sabtu, 25 Desember 2010

PENDIDIKAN KRISTEN

Pendahuluan
          Sekolah Kristen yang benar-benar isinya Kristen tidak banyak ada. Mungkin, hanya satu dua saja. Itu pun biasanya sekolah tersebut masih punya kaitan erat dengan gereja. Dan, murid-muridnya sebagian besar adalah anak-anak dari jemaat gereja tersebut.
          Cukup banyak sekolah yang memakai nama Kristen di nama sekolah mereka tetapi isinya tidak mencerminkan nilai-nilai Kristiani. Sudah banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan tersebut misalnya guru yang tidak Kristen, guru yang hanya sekedar mengajar, guru yang hanya mementingkan diri sendiri, kualitas pembelajaran yang tidak terintegrasikan dengan Firman Tuhan, perilaku guru yang tidak bisa menjadi teladan bagi murid, ibadah yang dilakukan hanya sekedar rutinitas, orientasi kerja hanya berdasarkan materi bukan pada pelayanan kepada Tuhan, lingkungan sekolah lebih cenderung sekulerisme serta visi, misi, dan tujuan sekolah mulai hilang dari nilai-nilai Kristen.
          Tanggung jawab pendidikan bagi seorang anak ada di tangan keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk gereja. Seorang anak akan mengalami pertumbuhan fisik, mental, dan spiritual secara baik apabila lingkungan yang diciptakan di sekelilingnya memberi pengaruh yang besar dan positif. Anak-anak Kristen juga akan mengalami pertumbuhan fisik, mental, dan spiritualnya lebih baik apabila lingkungan di keluarga, sekolah, dan gereja juga memberi kontribusi yang besar secara positif bagi mereka. Orang tua, sekolah, dan gereja harus mengajarkan kepada anak-anak tentang hidup yang Alkitabiah, yaitu hidup yang berpusat kepada Firman Tuhan dan hidup yang berpusat kepada Kristus.
          Sungguh indahnya, bila sejak usia kecil seorang anak oleh orang tuanya sudah dididik dan diperkenalkan dengan pola-pola hidup yang Kristiani. Ia belajar berkomunikasi dengan orang lain yaitu mula-mula dengan orang tuanya kemudian dengan saudaranya. Lalu, ia berkomunikasi dan berelasi dengan anak-anak seusianya di lingkungan rumahnya. Diajarkan kenapa Tuhan menciptakan dia dan kasih sayang Tuhan kepadanya. Orang tuanya mengajarkan bagaimana dia harus mengasihi orang lain karena Tuhan telah mengasihinya.
          Sekolah-sekolah yang isinya benar-benar Kristen sungguh sangat diperlukan agar dapat mengakomodasi calon murid yang berasal dari keluarga-keluarga yang sejak dini sudah menanamkan nilai-nilai Kristen, disamping juga menerima calon murid dari keluarga yang belum mengenal Kristus.
          Tujuan sekolah-sekolah yang isinya benar-benar Kristen menjadi wadah bagi calon murid yang sudah ditanamkan sejak dini nilai-nilai Kristen dalam keluarganya adalah terjadinya kesinambungan pembentukan karakter Kristus dalam diri murid. Resiko yang mungkin bisa terjadi bila tidak ada sekolah yang isinya benar-benar Kristen adalah hilangnya nilai-nilai Kristen yang sudah ditanamkan sejak dini dalam keluarga karena pengaruh lingkungan sekolah yang tidak Kristen tadi. Nilai-nilai Kristen yang sudah ditanamkan di keluarga semakin lama akan mengalami erosi karena lingkungan sekitarnya tidak memberi pengaruh yang baik sesuai Firman Tuhan.
          Oleh sebab itu dibutuhkan sekolah-sekolah yang isinya benar-benar Kristen agar kesinambungan pembentukan nilai-nilai Kristus terus ada, terjaga, dan bertumbuh yang akhirnya bisa menghasilkan jiwa-jiwa yang hidupnya selalu fokus kepada Kristus. Sehingga, kelak murid tersebut menjadi manusia yang memiliki hikmat. Artinya, dia mengetahui dan melakukan yang terbaik dalam segala hal sesuai dengan Firman Tuhan.
          Inilah, yang menjadi kerinduan kita sebagai anak-anak Tuhan untuk melaksanakan maksud dari FirmanNya yang terdapat dalam Matius 28 : 19-20a : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
          Kita yang telah lahir baru dan memiliki kerinduan untuk melayani, mari kita melakukan Amanat Agung Allah itu dengan menjalankan misi Kekristenan di sekolah kita masing-masing. Membangun kultur yang Kristiani di lingkungan sekolah. Membangun pribadi-pribadi unik untuk menjadi serupa dengan Kristus.



Pendidikan Kristen
          Berbicara tentang pendidikan berarti membicarakan sebuah dimensi yang berisikan interaksi antarmanusia yang saling mempengaruhi. Pengaruh itu akan memberikan suatu perubahan dalam diri seseorang yang ada di dalamnya. Perubahan-perubahan itu dapat berupa perubahan sikap, mental, pengetahuan, spiritual, cara berpikir, penguasaan teknologi, dan keterampilan. 
           Pendidikan bisa berlangsung di mana saja. Pendidikan bisa berlangsung di keluarga, sekolah, dan di dalam masyarakat. Salah satu unsur pendidikan yaitu adanya pendidik dan anak didik/peserta didik. Di mana ada proses mempengaruhi dalam sebuah interaksi antara pendidik dan anak didik maka pendidikan sedang terjadi di sana.
          Di dalam keluarga, orang tua adalah sebagai pendidik. Sedangkan, anak-anak mereka adalah peserta didik. Orang tua akan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Misalnya, mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka tentang berbagai pengetahuan, mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi dengan benar, melatih keterampilan, cara bersikap, menumbuhkan mental yang kuat, dan pengembangan wawasan spiritual. Bagi keluarga yang menyadari arti penting sebuah pendidikan, maka orang tua akan berusaha melakukan proses pendidikan yang baik dan benar kepada anak-anaknya supaya mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia berkompeten, baik secara jasmani maupun rohani.
          Di dalam keluarga Kristen, semua hal yang terjadi dalam proses mempengaruhi tersebut dilandaskan kepada Kristus dan Firman Tuhan. Tuhan Yesus dan Firman-Nya adalah satu-satunya pondasi ketika orang tua melakukan proses pendidikan di dalam keluarga. Orang tua mengajarkan berbagai pengetahuan dengan benar kepada anak-anaknya, mengajarkan penggunaan teknologi secara bertanggung jawab dan benar sesuai dengan Firman Tuhan, melatih keterampilan untuk mengembangkan talenta yang dberikan oleh Tuhan, membentuk cara bersikap yang baik dan benar sesuai Alkitab, menumbuhkan mental yang kuat dan baik, serta menanamkan nilai-nilai Kristiani yang Alkitabiah dalam hidup mereka. Pendidikan Kristen dalam keluarga memiliki tujuan agar semua anggota keluarga mampu berpikir, bersikap, dan bertindak mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang Alkitabiah. Fokus utama adalah memuliakan Tuhan melalui kesaksian hidup dan pelayanan.
          Tidak di semua keluarga-keluarga Kristen terjadi proses pendidikan yang benar-benar Kristiani. Ada hal-hal yang menyimpang dan tidak sesuai dengan pengajaran Firman Tuhan. Misalnya bagaimana orang tua bisa melarang anak-anaknya tidak melihat film tentang pornografi tetapi mereka menyimpan majalah atau film tentang pornografi di dalam kamar tidur mereka. Orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang berbicara yang sopan dan menghargai orang lain, tetapi mereka marah-marah dan membentak-bentak pembantu yang melakukan kesalahan. Orang tua meminta anak-anaknya rajin ke gereja tetapi mereka malas pergi ke gereja.
          Efesus 6:4 mengatakan,”Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.”
          Seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan ajaran dan nasihat Tuhan. Nasihat Tuhan itu adalah Firman-Nya di dalam Alkitab. Maka, orang tua di dalam mendidik anak-anaknya harus berdasarkan Firman Tuhan.
          Anak-anak harus dididik berdasarkan Firman Tuhan agar pada masa tuanya tidak akan menyimpang dari jalan Tuhan (Amsal 22:6). Dan, orang tua akan merasa tenteram dan sukacita karena anak-anak mereka menjadi orang-orang yang benar di mata Tuhan (Amsal 29:17).
          Sekolah, merupakan lingkungan pendidikan yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan keluarga. Kalau di dalam keluarga interaksi yang terjadi terbatas pada anggota keluarga. Sedangkan, di sekolah interaksi yang terjadi tidak hanya antara guru dan murid saja tetapi juga dengan warga sekolah yang lain. Banyak manusia dengan berbagai karakter dijumpai oleh seorang murid di lingkungan sekolah dibandingkan dalam keluarga. Proses saling mempengaruhi ini akan memberikan akibat yang besar baik secara positif maupun negatif bagi seorang murid. Bagi seorang murid yang sejak dari pendidikan di dalam keluarganya memegang teguh nilai-nilai Kristiani yang Alkitabiah, bisa saja akan mengalami perubahan-perubahan yang negatif bila di lingkungan sekolah tidak ditemukan pembelajaran-pembelajaran yang Alkitabiah. Oleh karena itu, dibutuhkan sekolah-sekolah Kristen yang dapat menampung mereka supaya terjadi kesinambungan misi Kristiani tersebut. Disamping itu, sekolah-sekolah Kristen juga memperhatikan murid-murid yang belum percaya Kristus.
          Sekolah Kristen hendaknya dipersiapkan dan dikelola sedemikian rupa berdasarkan nilai-nilai Kristiani yang Alkitabiah. Kristus dan Firman Tuhan ditempatkan yang paling utama dan segala-galanya. Mulai dari kurikulum sampai sumber daya manusianya. Mulai dari visi misi sampai out put yang akan dihasilkan nanti. Mulai dari yayasan sampai karyawan kebersihan. Lingkungan sekolah harus benar-benar diciptakan secara kondusif mendukung proses pendidikan secara Kristen tersebut. Semua manusia yang terlibat di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah benar-benar memahami visi misi dan tujuan dari sekolah Kristen. Sikap dan perilaku individu-individu di dalamnya harus mencerminkan nilai-nilai Kristiani yang sesuai dengan Firman Tuhan. Nilai-nilai Kristiani yang Alkitabiah benar-benar ditanamkan secara baik kepada murid-murid. Guru-guru dan warga sekolah yang lain mampu memberi teladan yang baik sesuai dengan teladan Kristus. Pendidikan Kristen di sekolah Kristen bertujuan menghasilkan murid-murid yang takut akan Tuhan, memiliki cara pandang Alkitabiah dalam hidup mereka, memahami arti hidup yang kekal, mampu melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai anak-anak Allah, memiliki jiwa yang melayani, dan menjaga kekudusan hidupnya untuk kemulian Tuhan.
          Sangat disayangkan, ada juga sekolah Kristen yang telah kehilangan nilai-nilai Kristiani dalam proses pendidikannya. Kurikulum sampai pengembangan sumber daya pendukung yang lain dioptimalkan hanya untuk mengejar prestasi sekolah, cenderung sekulerisme, dan materialistis. Misi Kristiani telah kehilangan arah. Pendidikan hanya dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang bersifaat sesaat dan tidak kekal. Misalnya, mencetak murid-murid yang pandai tetapi karakter rohaninya buruk dan tidak punya sopan-santun, memberi fasilitas yang sangat lengkap tetapi sikap sombong menjadi-jadi, merasa sekolahnya yang paling hebat sedangkan sekolah lain tidak hebat, merasa bahwa jerih payah harus dihargai dengan materi, ibadah hanya sekadar rutinitas, tidak ada rasa peduli dan menghargai orang lain, kurang adanya keteladanan Kristus oleh guru-guru terhadap murid-murid, dan murid-murid menjadi kurang ajar.
          Amsal 1:1-7 memiliki tujuan yang mulia di dalam mendidik orang-orang muda. Murid-murid di sekolah merupakan orang-orang muda yang memerlukan didikan yang benar sesuai Firman Tuhan. Nilai-nilai mulia yang seharusnya menjadi bagian dari sebuah proses pendidikan ditemukan di Amsal ini, seperti hikmat, kepandaian, kebenaran, keadilan, kejujuran, kecerdasan, pengetahuan, dan  kebijaksanaan.
          Melalui Amsal ini, jelas dunia pendidikan di sekolah Kristen harus membangun karakter-karakter Kristus ke dalam pribadi murid-murid. Sekolah Kristen tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi saja tetapi memasukkan Firman Tuhan dalam setiap proses pembelajaran.
          Murid-murid yang sejak awal sudah dididik dengan pendidikan Kristen yang benar, kelak akan menjadi manusia yang terbangun dengan pribadi yang seutuhnya. Artinya, mereka disamping memiliki kepandaian secara ilmu dunia namun juga menjadi orang-orang yang takut Akan Tuhan dan memiliki hidup yang selalu memuliakan Tuhan lewat karya dan pekerjaannya sehingga karya dan pekerjaan itu berguna bagi orang lain. Dan, orang lain juga bisa merasakan karya Allah melalui dirinya dan menjadi serupa dengan Kristus.
          Memang merupakan perjuangan yang sangat berat tetapi ini adalah bagian dari tujuan Allah menciptakan manusia yaitu supaya manusia memuliakan Tuhan. Tidak akan pernah sia-sia segala upaya yang dilakukan oleh manusia untuk memuliakan Tuhan. Tuhan akan selalu menolong dan akan membuat mujizat yang luar biasa dalam hidup anak-anak-Nya yang memang benar-benar memuliakan Tuhan melalui hidup dan pelayanannya.
          Gereja merupakan bagian dari masyarakat. Gereja juga memegang peranan penting dalam melakukan sebuah proses pendidikan. Proses pendidikan yang terjadi adalah interaksi antara pelayan-pelayan Tuhan seperti pendeta, penginjil, guru sekolah minggu, majelis, dan pengurus komisi dengan jemaat gereja.  
          Jemaat gereja berasal dari berbagai keluarga-keluarga. Keluarga-keluarga itu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Pola pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dalam keluarga-keluarga itu tentunya juga berbeda. Disinilah, peran gereja untuk melakukan Amanat Agung Allah dan menjalankan misi Kekristenan. Pelayan-pelayan Tuhan harus benar-benar memahami perannya masing-masing. Gereja harus menjelaskan kepada jemaat bahwa tanggung jawab melaksanakan Amanat Agung Allah tidak di tangan orang-orang atau pendeta yang mengerti dan belajar teologia. Namun, setiap pribadi termasuk keluarga-keluarga memiliki tanggung jawab itu.
          Meskipun demikian, masih ada jemaat gereja yang tidak memahami maksud tugas dari Amanat Agung Allah. Mereka beranggapan bahwa semua itu adalah tanggung jawab pendeta atau gereja. Pendidikan kerohanian diserahkan kepada gereja atau sekolah yang mengajar pendidikan agama. Jemaat atau keluarga-keluarga berpikir sudah menjadi peran gereja untuk melakukan tugas misi Kekristenan, jemaat atau keluarga hanya membantu sekadarnya.
          Nilai-nilai pendidikan yang diajarkan oleh Alkitab jelas memiliki tujuan yang mulia. Alkitab mengajarkan nilai-nilai mulia yang secara mendasar menjadi bagian dari kehidupan setiap manusia. Alkitab mengajarkan bagaimana seseorang harus mengasihi, membawa suka cita bagi orang lain, pembawa damai sejahtera, memiliki kesabaran, punya kemurahan hati dan tidak pendendam, memiliki kebaikan bagi siapa saja dan di mana saja, punya kesetiaan dan kelemahlembutan serta mampu membawa dan mengendalikan dirinya pada situasi apa saja. Semua ini sebenarnya menjadi tanggung jawab setiap manusia. Tetapi, sayangnya masih ada yang beranggapan bahwa semuanya adalah tanggung jawab rohaniwan.
          Tuhan menginginkan bahwa gereja termasuk jemaatnya yang merupakan bagian dari masyarakat luas, memahami akan tanggung jawab ini karena mengajarkan dan mendewasakan manusia melalui didikan yang benar dan Alkitabiah adalah bagian dari melakukan Amanat Agung Allah.
          Pendidikan Kristen baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam hal ini adalah gereja merupakan pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai Firman Tuhan dalam segala aspek melalui proses-proses pembelajaran yang Alkitabiah supaya orang lain yang belajar juga memiliki hidup menjadi serupa dengan Kristus dan memuliakan Allah.

Tujuan Pendidikan Kristen
           Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan anak didik supaya memiliki kemampuan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Membekali anak didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan perkembangan kedewasaannya sehingga mereka mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau siap terjun di dunia pekerjaan atau di tengah-tengah masyarakat.    
          Pendidikan Kristen berarti suatu proses mempersiapkan anak didik berdasarkan Firman Tuhan supaya mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang serupa dengan Kristus. Dengan kompetensi-kompetensi yang dimiliki tersebut, mereka dapat memuliakan Tuhan melalui hidup dan karyanya yang bermanfaat bagi orang lain serta berkenan kepada Tuhan.
          Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan Kristen adalah menghasilkan manusia-manusia yang hidupnya menjadi serupa dengan Kristus melalui pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimilikinya.
         
Apa kata Alkitab?
          Hal-hal penting dalam Alkitab yang menjadi perhatian di dalam menyikapi tujuan yang sebenarnya dari sebuah pendidikan Kristen, yaitu:
1.       Kasihilah Allah dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
2.       Tentang buah-buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. (Galatia 5:22-23)
3.       Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6)
4.       Amsal 1:2-7 : (2) untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna; (3) untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran; (4) untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda; (5) baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan; (6) untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak; (7) takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
          Berdasarkan Firman Tuhan di atas, jelas bahwa Alkitab merupakan sumber yang paling utama dalam menyelenggarakan sebuah pendidikan Kristen. Begitu baik dan sempurna nilai-nilai yang diajarkan oleh Alkitab. Semua aspek yang harus dimiliki oleh seorang murid/manusia telah dijelaskan dan ditunjukkan dengan mudah di dalam Alkitab.
          Alkitab banyak mengajarkan bagaimana sebuah pendidikan Kristen yang sebenarnya harus terjadi di sekolah-sekolah Kristen. Alkitab juga memberitahukan bagaiman seharusnya sekolah Kristen mengisi proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya mengarah kepada sudut pandang Allah.
          Pendidikan yang berdasarkan Alkitab adalah sesuatu yang baik karena :
1.      Alkitab mengajarkan supaya manusia mengasihi Allah dan sesamanya manusia dengan segenap jiwa dan raganya. Hal ini mengandung arti, setiap manusia harus mengasihi dan taat kepada Tuhan. Manusia harus juga mengasihi manusia yang lain seperti kepada dirinya sendiri. Hal ini juga mengajarkan untuk peduli kepada orang lain, suka menolong, dan rela berkorban bagi manusia lain yang membutuhkan bantuan.
2.      Alkitab mengajarkan agar manusia memiliki karakter, seperti mengasihi, pembawa damai sejahtera, sabar, murah hati, baik, setia, lemah lembut, dan mampu mengendalikan diri pada situasi apa pun.
3.      Alkitab mendidik manusia supaya memiliki kepandaian, kecerdasan, kebenaran, kejujuran, dan memiliki hikmat.
4.      Alkitab memberitahukan bahwa manusia harus takut akan Tuhan karena Dialah yang berkuasa atas semua pengetahuan.
          Masalah-masalah yang terjadi di dunia pendidikan dimiliki oleh sekolah-sekolah, begitu juga dengan sekolah Kristen. Namun, sekolah Kristen harus mampu menghindari masalah-masalah tersebut supaya nilai-nilai Kristen yang diajarkan atau sudah menjadi value tidak berangsur-angsur hilang.
          Sekolah-sekolah Kristen jangan sampai kehilangan visi dan misi Kristennya akibat gara-gara mengejar tujuan akademik saja. Tidak memperkerjakan guru-guru dan karyawan lainnya yang integritas rohaninya rendah serta jiwa pelayanannya yang lemah. Jangan sampai pelayanan yang diberikan oleh guru-guru dan karyawan hanya berorientasi kepada uang atau materi saja, bukan kepada bagaimana memuliakan Tuhan melalui tugas dan tanggung jawab pendidikan yang dipikulnya.
          Namun, sekolah Kristen harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi murid-murid, guru-guru, dan karyawan dalam melakukan interaksi antara yang satu dengan lainnya yang saling mempengaruhi berdasarkan nilai-nilai Firman Tuhan. Mereka saling bertumbuh dan membangun kedewasaan Iman supaya mampu bertumbuh serupa dengan Kristus.
         
         

         
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar